Nama : Befrinda Agustin
Kelas : 2EA26
Npm : 18211304
Tokoh Wayang Favorite
Petruk
Petruk adalah tokoh punakawan dalam pewayangan Jawa, di pihak keturunan/trah Witaradya.
Petruk tidak disebutkan dalam kitab Mahabarata. Jadi jelas bahwa kehadirannya
dalam dunia pewayangan merupakan gubahan asli Jawa.
Di ranah Pasundan, Petruk lebih dikenal dengan nama Dawala atau
Udel.
Kisah
Masa lalu
Menurut pedalangan, ia adalah anak pendeta raksasa di pertapaan dan bertempat di dalam laut
bernama Begawan
Salantara. Sebelumnya ia bernama Bambang Pecruk Panyukilan. Ia gemar bersenda gurau, baik dengan
ucapan maupun tingkah laku dan senang berkelahi. Ia seorang yang pilih
tanding/sakti di tempat kediamannya dan daerah sekitarnya. Oleh karena itu ia
ingin berkelana guna menguji kekuatan dan kesaktiannya.
Di tengah jalan ia bertemu dengan Bambang Sukodadi dari pertapaan
Bluluktiba yang pergi dari padepokannya di atas bukit, untuk mencoba
kekebalannya. Karena mempunyai maksud yang sama, maka terjadilah perang
tanding. Mereka berkelahi sangat lama, saling menghantam, bergumul,
tarik-menarik, tendang-menendang, injak-menginjak, hingga tubuhnya menjadi
cacat dan berubah sama sekali dari wujud aslinya yang tampan. Perkelahian ini
kemudian dipisahkan oleh Smarasanta (Semar)
dan Bagong yang mengiringi Batara
Ismaya. Mereka diberi petuah dan nasihat sehingga akhirnya keduanya
menyerahkan diri dan berguru kepada Smara/Semar dan mengabdi kepada Sanghyang
Ismaya. Demikianlah peristiwa tersebut diceritakan dalam lakon Batara Ismaya Krama.
Karena perubahan wujud tersebut masing-masing kemudian berganti
nama. Bambang Pecruk Panyukilan menjadi Petruk, sedangkan Bambang Sukodadi
menjadi Gareng.
Istri dan keturunan
Petruk mempuyai istri bernama Dewi Ambarwati,
putri Prabu Ambarsraya, raja Negara Pandansurat yang didapatnya melalui perang
tanding. Para pelamarnya antara lain: Kalagumarang dan Prabu Kalawahana raja
raksasa di Guwaseluman. Petruk harus menghadapi mereka dengan perang tanding
dan akhirnya ia dapat mengalahkan mereka dan keluar sebagai pemenang. Dewi
Ambarwati kemudian diboyong ke Girisarangan dan Resi Pariknan yang memangku
perkawinannya. Dalam perkawinan ini mereka mempunyai anak lelaki dan diberi nama
Lengkungkusuma.
Petruk dalam lakon pewayangan
Oleh karena Petruk merupakan tokoh pelawak/dagelan
(Jawa), kemudian oleh seorang dalang digubah suatu lakon
khusus yang penuh dengan lelucon-lelucon dan kemudian diikuti dalang-dalang
lainnya, sehingga terdapat banyak sekali lakon-lakon yang menceritakan
kisah-kisah Petruk yang menggelikan, contohnya lakon Pétruk Ilang Pethèlé ("Petruk kehilangan kapaknya").
Dalam kisah Ambangan Candi
Spataharga/Saptaraga, Dewi Mustakaweni,
putri dari negara Imantaka, berhasil mencuri pusaka Jamus Kalimasada dengan jalan menyamar sebagai
kerabat Pandawa (Gatutkaca), sehingga dengan mudah ia dapat
membawa lari pusaka tersebut. Kalimasada kemudian menjadi rebutan antara kedua
negara itu. Di dalam kekeruhan dan kekacauan yang timbul tersebut, Petruk
mengambil kesempatan menyembunyikan Kalimasada, sehingga karena kekuatan dan
pengaruhnya yang ampuh, Petruk dapat menjadi raja menduduki singgasana Kerajaan
Lojitengara dan bergelar Prabu Welgeduwelbeh. Lakon ini terkenal dengan judul Petruk Dadi Ratu ("Petruk
Menjadi Raja"). Prabu Welgeduwelbeh/Petruk dengan kesaktiannya dapat
membuka rahasia Prabu Pandupragola, raja negara Tracanggribig, yang tidak lain
adalah kakaknya sendiri, yaitu Nala Gareng. Dan sebaliknya Bagong-lah yang menurunkan Prabu Welgeduwelbeh dari tahta
kerajaan Lojitengara dan terbongkar rahasianya menjadi Petruk kembali.
Kalimasada kemudian dikembalikan kepada pemilik aslinya, Prabu Puntadewa.
Hubungan dengan punakawan lainnya
Petruk dan panakawan yang lain (Semar,
Gareng dan Bagong) selalu hidup di dalam suasana kerukunan sebagai satu
keluarga. Bila tidak ada kepentingan yang istimewa, mereka tidak pernah
berpisah satu sama lain. Mengenai Punakawan, punakawan berarti ”kawan yang
menyaksikan” atau pengiring. Saksi dianggap sah, apabila terdiri dari dua
orang, yang terbaik apabila saksi tersebut terdiri dari orang-orang yang bukan
sekeluarga. Sebagai saksi seseorang harus dekat dan mengetahui sesuatu yang
harus disaksikannya. Di dalam pedalangan, saksi atau punakawan itu memang hanya
terdiri dari dua orang, yaitu Semar dan Bagong bagi trah Witaradya.
Sebelum Sanghyang
Ismaya menjelma dalam diri cucunya yang bernama Smarasanta (Semar),
kecuali Semar dengan Bagong yang tercipta dari bayangannya, mereka kemudian
mendapatkan Gareng/Bambang Sukodadi dan Petruk/Bambang Panyukilan. Setelah
Batara Ismaya menjelma kepada Janggan Smarasanta (menjadi Semar), maka Gareng
dan Petruk tetap menggabungkan diri kepada Semar dan Bagong. Disinilah saat
mulai adanya punakawan yang terdiri dari empat orang dan kemudian mendapat
sebutan dengan nana ”parepat/prapat”.