Sabtu, 30 Maret 2013

Tulisan 1




Tulisan 1
Nama : Befrinda Agustin
Npm  : 18211304
Kelas : 2EA26

Peta Republik Indonesia Dengan 8 Pulau Terluar



    Pulau Miangas 

Batas Paling Utara Indonesia

Salah satu dari ratusan pulau terluar itu, Pulau Miangas merupakan paling menarik perhatian banyak kalangan. Pasalnya, pulau tersebut kerap diklaim oleh Filiphina, dan mereka menyebutnya “Las Palmas.” Ditilik dari aspek pendudukan efektif, sebenarnya sudah tidak ada masalah pemerintahan Indonesia sudah lama berjalan. Namun, dalam aspek ekonomi dan keamanan tampak masih perlu perhatian karena terdapat potensi kerawanan yang patut dicermati.
Letak pulau Miangas yang jauh terpencil memang bisa saja dimanfaatkan oleh pihak tertentu melakukan kejahatan lintas negara seperti .penyelundupan senjata dan narkoba, pencurian ikan dan kekayaan alam laut, minuman keras, dan sebagainya.

           Letak Geografi


Bagi masyarakat Talaud, pulau Miangas juga disebut Tinonda. Pulau ini letaknya terpencil di tepi samudera Pasific dan berhadapan langsung dengan pulau Mindanao Filipina. Luasnya, hanya sekitar 3,5 kilometer persegi. Secara administratif, dulunya Miangas termasuk dalam wilayah Kecamatan Nanusa, Kabupaten Sangihe Talaud. Kini sudah merupakan kecamatan sendiri yang bersifat khusus karena hanya membawahi satu desa yakni Desa Miangas.
               Letak geografisnya adalah pada 5° 34' 02'' LU  dan 126° 34' 54'' BT terdapat TD No. 056 dan TR No. 056.  Miangas lebih dekat dengan Filipina ketimbang dengan wilayah Indonesia lainnya. Jarak antara Miangas dengan Santa Agustin atau General Santos Mindanao Filipina Selatan dapat ditempuh dalam waktu 2 hingga 3 jam. Sementara jarak Miangas dengan Melonguane, ibu kota Kabupaten Talaud, sekitar 90 mil.  Pelayaran dari Miangas  ke Manado, sejauh 275 milih bisa memakan waktu sampai dua hari.
               Cukup lama pulau ini dibiarkan tidak terawat, dan 80 persen. Masyarakatnya berstatus miskin. Sebenarnya jika dikelola dengan baik, pulau ini memiliki potensi menguntungkan bagi masyarakat setempat. Miangas sangat indah dan menawan. Air lautnya jernih hingga menembus ke dasar laut, pantai pasir  putihnya landai dan sangat bersih. Untuk bisa ke Miangas, kapal Pelni dari Pelabuhan Bitung Menado tersedia dua minggu sekali. Kalau cuaca bagus bisa ditempuh 20 jam, tapi kalau gelombang  besar, biasanya kapal urung merapat ke pulau tersebut.
               Luas Pulau Miangas, hanya sekitar 3,15 kilometer persegi ini, dan sejak awal  kemerdekaan terus didera kemiskinan. Tidak hanya itu. Pulau yang berada di Kecamatan Nanusa, Kabupaten Kepulauan  Talaud, Sulawesi Utara (Sulut), ini sangat berpotensi terhadap berbagai kejahatan antarnegara, seperti pencurian ikan penyelundupan berbagai jenis barang seperti minuman keras, narkoba dan senjata api, dari negara tetangga,  Filipina.
               Tak tertutup kemungkinan di wilayah perairan perbatasan Miangas dijadikan jalur lintas batas para teroris, tanpa terdeteksi oleh pos keamanan lintas batas di Pulau Miangas. Peluang pulau berpenghuni 197 keluarga dengan jumlah keseluruhan 785 jiwa ini sebagai persinggahan penjahat antarnegara memang sangat masuk akal.
               Pulau ini juga lebih dekat ke Mindanao, Filipina. Warga Miangas hanya membutuhkan waktu dua hingga tiga jam perjalanan dengan pamboat ke Santa Agustien atau General Santos. Bandingkan dengan jarak Miangas ke Melonguane, ibu kota Kabupaten Talaud, sekitar 90 mil. Untuk ke Manado, warga Miangas akan  menempuh waktu sampai dua hari karena jaraknya mencapai 275 mil.

           Diklaim Filipina

               Faktor alam membuat Miangas menjadi pulau terisolasi. Tak heran penduduknya sering kekurangan beras, dan bahan bakar. Solusinya masyarakat di sana hanya makan kelapa yang dikeringkan. Di Miangas, lampu penerangan juga terbatas, hanya menyala dari  pukul 18.00 Wita hingga pukul 02.00 Wita, setelah itu sampai pagi Miangas gelap gulita.
               Secara fisik,  Miangas masih dikuasai Indonesia. Penduduk juga berhasa Talaud. Sekalipun begitu, mereka juga  mengerti bahasa Tagalog, yang menjadi bahasa nasional Filipina.  Keberadaan pulau itu sendiri, oleh pemerintah Indonesia diakui menjadi bagian integral NKRI sejak 1928. Namun status itu belum dianggap selesai oleh pemerintah Filipina karena negara tetangga itu mengklaim Miangas sebagai bagian teritorialnya. Klaim itu mereka dasarkan pada Traktat Paris tahun 1898.  Indonesia dan Filipina belum mengikat perjanjian batas wilayah laut bilateral.
               Traktat itu memuat batas-batas demarkasi Amerika Serikat (AS) setelah memenangi  perang atas Spanyol yang menjajah Filipina hingga ke Miangas atau yang disebut mereka sebagai Las Palmas. Traktat itu sudah dikomunikasikan AS kepada  Pemerintah Hindia Belanda, tetapi tidak ada reservasi formal diajukan Belanda terhadap traktat itu. Miangas akan diakui internasional sebagai milik Indonesia apabila penampakan kedaulatan teritorial berlangsung secara damai terus-menerus. Penampakan itu sama baiknya dengan hak kepemilikan.
               Penampakan fungsi-fungsi negara, termasuk memberi jaminan hidup kepada penduduk  Miangas, membuat klaim atau okupasi kedaulatan negara Indonesia akan memberi kebenaran apabila masalah Miangas menjadi sengketa di kemudian hari.

              Belanja ke Filipina
               Masyarakat lebih lebih mudah dan murah membeli barang kebutuhan dari wilayah Filipina. Uang yang mereka pergunakan umumnya adalah peso. Uang peso dibelanjakan warga Miangas untuk membeli kebutuhan sehari-hari di daerah General Santos.
               Beras dan gula pasir relatif lebih murah dibeli di Filipina ketimbang membeli  di Melonguane atau Manado karena mereka juga mempertimbangkan risiko dan biaya  perjalanan. Jalur niaga yang terbuka di antara pulau-pulau di perbatasan tersebut justru memberi peluang pemberdayaan ekonomi masyarakat setempat meski  dalam skala kecil. Awalnya perdagangan di sana dilakukan secara barter, tukar-menukar barang. Akan tetapi, barter hasil bumi masyarakat Miangas sangat tergantung dengan harga komoditas perkebunan pasar internasional.
               Perdagangan barter kerap timpang dan merugikan warga Miangas. Ketika kopra melimpah, harganya justru turun saat dijual ke Filipina. Warga sangat kesulitan  manakala hasil bumi tidak bisa dijual karena kondisi laut mengganas.
               Untuk mendeteksi kegiatan kejahatan antarnegara yang mau menyusup ke kawasan  perairan laut perbatasan NKRI di bagian utara di Pulau Miangas tampaknya tidak mudah. Sekalipun sudah terdapat beberapa pos penjagaan keamanan dari TNI AL, TNI AD, dan Polri. Tapi dengan kondisi sarana penunjang infrastruktur keamanan yang masih tergolong pas-pasan, sangat sulit menghalau perlakuan kejahatan antarnegara.
               Peralatan TNI dan Polri yang disiagakan di Pulau Miangas, saat ini  sangat tidak sebanding dengan luas wilayah yang harus dijaga dan diamankan. Dengan kondisi ekonomi buruk, miskin, fasilitas kesehatan kurang menunjang, dan sarana pendidikan serba pas-pasan, mustahil warga Miangas dapat menjadi penjaga perbatasan andal dan gagah berani. Sudah saatnya Miangas ditata sebagai beranda depan Indonesia di bagian utara.
               Penataan ekonomi dan pendidikan harus lebih rapi dan serius agar tidak  tertinggal dengan wilayah NKRI yang lain

      Kesimpulan
   
                Kawasan perbatasan mempunyai posisi strategis yang berdampak terhadap pertahanan dan keamanan dan politis mengingat fungsinya sebagai wilayahterdepan Indonesia, dimana terjadi banyak pelintas batas baik dari dan keIndonesia maupun Philipina. Ancaman di bidang pertahanan dan keamanan dan politis ini perlu diperhatikan mengingat keterbatasan penanganan pelintas bataslegal di wilayah Pulau Miangas.Permasalahan pokok yang ada adalah :
1.       Kemiskinan akibat keterisolasian kawasan menjadi pemicu tingginyakeinginan masyarakat setempat menjadi pelintas batas ke wilayah Philipina berlatar belakang untuk memperbaiki perekonomian mengingat tingkat perekonomian di wilayah Philipina relatif lebih berkembang jikadibandingkan dengan tingkat perekonomian di wilayah Pulau Miangas
2.     Kesenjangan sarana dan prasarana wilayah antar kedua wilayah negara pemicu orientasi perekonomian masyarakat Pulau Miangas, seperti dari PulauMiangas, akses keluar (ke wilayah Philipina) lebih mudah jika dibandingkanke Ibukota kecamatan/kabupaten di wilayah Kabupaten Sangir, KabupatenTalaud atau ke Manado
3.      Belum adanya kepastian secara lengkap garis batas laut, terutama tentang batas landas kontinen antara Indonesia - Philipina, jika dibiarkan berlarut-larutdikhawatirkan berpotensi menjadi masalah yang lebih rumit.


 





Tidak ada komentar:

Posting Komentar